Kerinduanku ini sudah tidak tertahan, lebatnya belantara
hutan rimba yang sunyi dan sepi, serta dingin udara di waktu malam membuatku
ingin sekali merasakann semua itu untuk menghilangkan kerinduan ini. Gunung, itu lah tempatku bermain, tempatku
mendekatkan diri denga alam dan sang pencipta, tempat yg bisa ku manfaatkan
dengan berkeluh kesah dengan semua masalah ataupun kejenuhan rutinitas yg ku
lakukan tipa hari, aku infin berbaring di hamparan rumput serta bunga”
edelweiss yg kian hari makin sedikit populasinya akibat tangan” jahil mereka yg
tidak mengerti akan pedihnya di cabut secara paksa seperti itu.
Tujuanku menuju bogor. Aku memutuskan untuk mencurahkan
kerinduanku di salah satu gunung yg berada di kota hujan ini. Gunung Gede,
salah satu gunung yg tertinggi di dataran jawa barat walaupun masih kalah tinggi dengan
gunung sebelahnya gunung pangrango, itu tidak membuatku berpaling dengan tujuan
utamaku. kedua gunung ini saling berdampingan dengan baik tanpa adanya
pertengkaran atau keirian dari keindahan alamnya masing-masing. Mereka berdua
berdiri dengan gagah hingga saat ini. Taman nasional gunung gede pangrango, aku
datang bersama kedua teman baruku, eka dan tika.
Aku memlih perjalanan malam hari, selain untuk
menghindari macetnya jalanan menjelang weekend, juga menefisiensikan waktu yg
aku punya. aku berangkat dari tempat tinggalku, sekitar pukul 11 malam. Di
perjalanan aku memanfaatkan untuk beristirahat 3-4 jam perjalanan yg kulalui
aku gunakan untuk tidur persiapan fisik untuk pendakian di keesokan harinya.
Perjelanan yg berkelok kelok membangunkan ku dari tidur
nyenyak malam itu. Sedikit terbengong mengumpulkan sebagian nyanya yg belum
terbangun sepenuhnya. Kulihat jendela mobil yg mengembun, “udah mau sampai?”.
Aku berkata dalam hati. Kulihat jam tangan ku menunjukan pukul 02.45wib, segera
aku menuju ke kursi depam mobil untuk meminta supir menurukan ku di pertigaan
cibodas, dari pada nyasar atau kebablasan karena kesoktahuan lebih baik
bertanya.
Jreg!! Sepatuku menginjak bumi kota hujan, udara dingin
menyambut kedatanganku dan temanku. Sedikit mempercepat tempo aku merogoh
carrierku untuk mencari jaket tebal yg telah aku persiapkan unutk melapisi
tubuhku agar tidak termakan oleh dinginnya udara pagi itu.
Aku memasuki minimarket dekat ketika aku di turunkan
untuk membeli segala persiapan logistic, sembari menunggu mobil angkot untuk
membawaku ke dalam pintu masuk gunung gede pangrango.
“mas mau ke atas?” ucap salah seorang pria yg sepertinya
kondektur dari salah satu mobil angkot yg tengah parkir di pinggiran bahu
jalan. Aku langsung mengiyakan tawarannya untuk menaiki mobil yg ia tunjukan.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di atas, pintu gerbang pendakian
gunung gede pangrango, sekitar 20-30 menit. Sepi.. sunyi.. hanya lampu” warung
dan kios” pedagang yg masihtutup pagi itu menemani langkahku dan temanku. Aku dan
temanku singgah di salah satu warung yg
letaknya tidak jauh dari kantor TNGGP.
“baru sampai mas?”. Ucap pemilik warung menyambutku
dengan keramah tamahannya.
“iyah pak, numpang istirahat yah sebentar”. Izinku kepada
pemilik warung
“silahkan mas, mba kedalam aja kalau mau tidur, masih
kosong”. Dengan senyum penuh kehangatan khas orang berumur kepala empat.
“iyah pak terimakasih, disini aja dulu sambil nunggu
subuh.”
Di tengah udara dingin yg menyelimuti diriku aku dan
bapak pemilik warung berbincang-bincang untuk mengahatkan suasana disertai
dengan hangatnya teh manis yg aku pesan. Sementara eka dan tika meneruskan
tidur mereka yg sempat terganggu.
Adzan subuh pun
berkumandang di tengah celotehan aku dan beliau. Beliau meminta izin untu pergi
kemasjid.
“tunggu pak, saya juga mau shalat, kita bareng” ucapku
dan bergegas mengambil perlengkapan shalat di dalam carrier.
Selepas subuh aku tertidur, alarm membangunkannku tepat
pukul 6 pagi. Wah… sudah mulai ramai, kulihat banyak pendaki yg masih terlelap
mungkin mereka datang disaat akuh tertidur? Aku membangunkan 2 temanku yg masih
tertidur pulas. Jam 9.00 kantor di buka dan aku langsung bergegas untuk
menukarkan simaksi sebagai syarta utama mendaki ke gunung ini. Ada sedikit
ketidaknyamanan selama aku menukarkan simaksi di sini. Pelayanan lelet, dan
lebih mengutamakan calo di banding orang yg sesuai prosedur denga cara boking
simaksi. Berkali-kali aku komplen kepda teller untuk mempercepat kinerjanya
karena hari semakin siang. Jam 11 siang aku baru mendapatkan simaksi ku.
Bayangkan, dari jam 9 sampai jam11 baru selesa penukaran simaksi?? Ah…
sudahlah.. aku sudah tak kaget dengan system amburadul seperti ini.
Aku mempersiapkan kembali semua barang bawaanku dan
memanggil teman”ku untuk bersiap-siap. Diiringi dengan do’a langkah kami mulai
disini.
“yukkk semangat!!” jerit tika yg baru pertma kali naik gunung.
Maklum.. penasaran mungkin?
Aku menikamati langkah demi langkah disini, menghirup
sedalam-dalam aroma hutan yg mengelilingi aku dan semua pendaki lain, tidak aku
tinggalkan untuk bertegur sapa kepada pendaki yg bertemu denganku di tiap kesempatan. keramah
tamahan ini yg jarang aku dapatkan di keramaian kota.
Di sepanajang jalan aku diiringi air yg mengalir jernih
di sekitar ku.
Rasa lelah secara perlahan mulai menghinggapi aku dan
teman-temanku tak baik jika kami memaksakan perjalanan, kami beristirahat
sembari beribadah shalat dzuhur.
Perjalanan kami lanjutkan.. namanya naik gunung, kalau
gak naik ya bukan naik gunung. Disela-sela perjalanan pandanganku teralihkan
oleh sesosok gadis berambut sebahu, mengenakan topi sebagai penutup rambut,
serta berhias kaos lengan panjang berwarna putih bersih, seperti melihat
bidadari yang sedang tersasar di dalam hutan. Jujur aku seperti orang yg baru
pertama kali melihat perempuan cantik, aku tertegun, terdiam, dan tak ku
lepaskan pandanganku terhadapnya
sedetikpun, sampai pada akhirnya lamunanku tentang gadis itu buyar
ketika temanku eka menepuk bahuku.
“oy..!! bengong aja.. itu si tika kakinya lecet.” Ucap
eka dengan nada yg cukup kesal.
“sorry.. sorry..”
Aku bergerak menuju tika yg sedang terduduk lemas sambil
merintih perih akibat luka lecet terkena gesekan sepatu yg terlalu kecil ukurannya
di bandingkakinya menurut ku.
“nih..make sandal gw aja.. kalau di terusin make sepatu
bisa parah yg ada” saran eka sembari memberikan sandal yg dia bawa.
“kenapa teh?” ucap salah seorang gadis yg bertanya
tentang keadaan kami yg sedang tertimpa musibah.
Aku menengok dan ternyata gadis itu adalah gadis yg ku
lihat di perjalanan tadi, ternyata dia dan rombongan ikut beristirahat juga dan mungkin tanpa
sengaja dia mendengar percakapan kami dan ingin membantu masalah kami.
“nih.. aku bawa plester” sambil menjulurkan plester
kepada tika.
“jangan make gituan.. nanti bonyok yg ada, itu kan masih
luka basah.” Ujar teman gadis tersebut .
“udah kasih betadine aja.. terus nanti make sandal.”
Ujarku sambil bergegas untuk melanjutkan perjalanan.
“Kita duluan ya..” aku berpamitan kepada 4 orang yg telah
menolong kami, dan tak lupa aku bertukar senyuman manis kepada gadis lucu nan
imut yg kutemui disini.
Rasa lelah yg semakin menumupuk dan kerewelan si tika
semakin membuat suasana agak sedikit bĂȘte. Maklum tika pertama kali naik
gunung, jadi mkalau masih manja” dikit bisa kami maklumi, sementara eka dan aku
bisa di bilang sudah terbiasa dengan rasa lelah di tengah hutan belantara.
banyak hal-hal indah kutemui selama di perjalanan ini, sumber air yg terus mengalir menemani langkahku dan teman ku, melewati beberapa air terjun panas, serta jurang di sebelah kanan kami yg membuat kami harus berhati-hati ketika melangkah.
Harisemakin sore kulihat jam tangan ku telah menunjukan
pukul 5 sore tepat.
“kita break dulu bentar deh, sekalian shalat
ashar.”ujarku.
Hawa dingin mulai merasuki pori-pori tubuh untuk
menyeruak masuk kedalam tulang kami. Kami sesegera mungkin melanjutkan
perjalanan sebelum matahari makin tenggelam.
Langit telah gelap dan hawa dingin menjadi teman
perjalanan kami bertiga. Alhmadulillah… setengah tujuh malam kami sampai di
camp area kandang badak. Dimana ini lokasi untuk berkemah sebelum melakukan
summit attack di keesokan harinya.
Aku dan eka langsung bergegas membuat tenda, sementara
tika masih dengan sifat manjanya mengeluh tentang kondisi yg ia alami.
“sabar ya tik.. kita juga ngalamin apa yg lue alami, jangan bikin
gw emosi ya.. sabar aja..” ujar eka yg tersulut emosi karna sifat manja tika.
Tak berapa lama tendapun stelah berdiri diantara puluhan tenda yg telah terisi
pemiliknya dan siap untuk kami singgahi.
Makan malam, berbincang sebentar dan akhirnya kami
tertidur dengan rasa lelah yg kami alami sepanjang siang tadi. Selamat malam...
J
Dinginnya malam itu membangunkan ku dari tidur nyenyakku,
maklum hanya aku yg tidak memakai sleeping bag ketika tidur, jadi wajar kalau
kedinginan hehe. Ingin melanjutkan tidurpun sepertinya susah aku lakukan, dan
ku lihat jam tanganku waktu menunjukan pukul 4 subuh. Wuhhhh… bentar lagi
pagi.. aku beranjak dari tenda, keliuar melihat keadaan di luar.
Hmmmmmmmmmfuhhhhh… aku menarik nafas dalam-dalam untuk
menghirup segarnya udara pagi di sini. sambil memasak air untuk menyeduh kopi
unutk menghangatkan dinginnya udara pagi disini. entah apa yg terjadi? Aku teringat dengan gadis yg ku temui di
perjalanan tadi siang. Aku bertanya pada diriku sendiri, apa dia sudah sampai ya? Kalau sudah
dimana tendanya? Rasa penasaran ku terhadap gadis itu terus membayangi lamunanku pagi itu, "semoga di
puncak nanti aku kembali bertemu dengan dia" doaku dalam hati.
Sruuupuuutttt…. Aku menyeruput kopi
yg ku buat tadi. Sungguh nyaman disini, ini yg selama ini aku rindukan dalam
dunia ku. Bukan pacar/kekasih tapi sunyi dan dinginnya hutan belantara ini yg
aku rindukan. Sesekali bebrapa rombongan orang untuk summit ke puncak melewati
tendaku.
“permisi mas,” ‘punten mas, beberapa kata saling sapa mereka terhadapku yg masih tengah asik menikmati
dinginnya udara disini sendiri serta di temani hangatnya kopi susu yg ku seduh.
“hayoooo bangun udah siang, pada mau summit gak??” nada
ku membangunkan mereka yg masih tertidur pulas. Di tengah keasikan ku
mempersiapkan perlengakapan untuk summit ke puncak aku di kejutkan oleh
panggilan eka yg menyuruhku untuk cepat keluar. Ada apa? Aku bertanya tapi tidak
dia hiraukan.
Sedikit terkejut ketika aku keluar dari
tenda, sesosok gadis yg aku dambakan untuk bertemu kembali disini berada tepat di depanku. kesejukan pepohonan yg rindang serta udara yg begitu dingin di tambah keindahan melihat wajah lucu dan cantiknya dia seperti aku berada di alam surga.
“ada apa?” aku membuka percakapan.
“kata teh eka kamu punya koyo?” dia bertanya.
Aku kebingungan, ternyata sedari tadi si eka dan
dia berbincang di depan tenda tanpa sepengetahuan aku yg sedang sibuk?kurang
ajar si eka!! -____-“
eka temanku sebenarnya sudah tahu tentang apa yg aku alami, karena aku memberitahu dia tentang gadis itu di sela perjalanan kami.
“ouhh.. iyah ada kok, butuh berapa??”
“2 aja kalau ada.”
“tunggu ya..”aku kembali memasuki tenda mengambil
pesanannya untuk aku berikan.
Setelah ku berikan dia berlalu dengan kembali
meninggalkan senyum manisnya yg membuatku terbayang akan sosok indahnya gadis itu sepanjang malam hingga saat ini.
Dengan penuh rasa penyesalan yg ada di benakku ini,
karena aku belum sempat berkenalan dengannya, Cuma ingin tau namanyapun
sepertinya sulit untuk ku??
"lue kanapa tadi gak kenalan.. bego huuu..." ledek eka kesal dengan kepengecutanku untuk berkenalan dengannya. Mudah”an aku bisa bertemu lagi di puncak sana dengan moment yg berbeda sehingga aku berani untuk berkenalan dengan gadis itu.
kami berangkat kepuncak tentunya dengan diiringi doa bersama yg kami lakukan, setelah melewati pertigaan pemisah antara gunung gede dan pangrango, jalanan semakin menanjak dan terus menanjak, tak banyak bonus(trek landai) yg aku temui selama perjalanan kali ini. seringnya istirahat memperlambat tempo langkah kami untuk cepat sampai di puncak. ku lihat eka dan tika yg sama" begitu masih kelelahan, kami lanjutkan perjalanan kami,.tapi tetap
dengan volume istirahat yg cukup di tiap 10-15 menit sekali.
Hampir 2 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di puncak
gunung gede. Aku langsung berbaring di hamparan rumput dan berpagar pohon” kecil yg buahnya
bisa di makan entah pohon apa namanya tidak aku hiraukan.
Aku hanya menikmati indahnya puncak gede ini, kawah yg
selalu mengeluarkan asap dan bau belerang yg tiada henti, serta dengan
pemandangan langit biru yg bersih dan gunung pangrango yg berdiri dengan
gagah tepat di belakangku.
Keindahan di atas ini membuatku merasa nyaman dan tenang, aku hampir tak bisa melewatkan moment ini untuk berfoto ria sebagai documents perjalananku ku. Aku berkeliling di sekitar puncak ramai sekali disini. tak kulupakan untuk saling sapa di setiap pertemuanku dengan orang" disini. ouh.. iya.. aku melupakan sesuatu. tak nampak gadis itu,
kemana dia? Apa dia belum sampai? Padahal aku tadi istirahat cukup lama ketika
sampai. Apa mungkin dia tidak ke puncak?? Mungkin dia masih di perjalanan?.
Cukup lama aku dan temanku menikmati indahnya puncak gede
ini, sampai akhirnya akmi memustuskan untuk turun kembali ke tenda serta
mempersiapkan packing turun gunung. Aku meninggalkan puncak dengan sedikit kecewa, bukan karena pemandangan indah alam disini, namun tidak bertemu dengan gadis yg ku harapkan itu.
menjelang siang kami sampai di tempat kita berkemah, untuk mempersiapkan makan siang sebelum turun dan kembali ke rumah.
“ka, tenda cewe yg tadi pagi minta koyo itu dimana?” aku bertanya di sela kesibukannku memotong sosis.
Ituuu… di depan kita.. lohh udah gk ada tendanya”
"mungkin dia gak nerusian perjalanannya kepuncak?" lanjut eka.
“ciehhhh nyariin..” eka mengejekku.
Aku membalasnya dengan menyibukan diri memotong sosis serta mempersiapkan
barang bawaanku untuk kembali turun.
Tak banyak cerita selama di perjalanan turun, hanya
percakapan biasa saja yg kami lakukan. Mungkin sudah terlalu lelah??
Tepat jam 7 malam kami sampai di basecamp dan langsung
mencari warung makan untuk makan malam karena sedari tadi perut kami laparrrrrrrr. Hahaha
Berakhir sudah ceritaku di gunung gede ini untuk melepaskan kerinduanku akan suasana di gunung, banyak sekali pelajaran dan manfaat yg aku dapatkan disini. aku tersenyum meninggakan tempat indah serta bonus kenangan indah yg tak sempat aku bawa pulang kembali kerumah. gadis lucu dan gunung gede, sampai jumpa :)
Selamat malammmmm… J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar