Entri Populer

Sabtu, 04 April 2015

Melepas Kerinduan Di Gunung Gede Pangrango


Kerinduanku ini sudah tidak tertahan, lebatnya belantara hutan rimba yang sunyi dan sepi, serta dingin udara di waktu malam membuatku ingin sekali merasakann semua itu untuk menghilangkan kerinduan ini.  Gunung, itu lah tempatku bermain, tempatku mendekatkan diri denga alam dan sang pencipta, tempat yg bisa ku manfaatkan dengan berkeluh kesah dengan semua masalah ataupun kejenuhan rutinitas yg ku lakukan tipa hari, aku infin berbaring di hamparan rumput serta bunga” edelweiss yg kian hari makin sedikit populasinya akibat tangan” jahil mereka yg tidak mengerti akan pedihnya di cabut secara paksa seperti itu.

Tujuanku menuju bogor. Aku memutuskan untuk mencurahkan kerinduanku di salah satu gunung yg berada di kota hujan ini. Gunung Gede, salah satu gunung yg tertinggi di dataran  jawa barat walaupun masih kalah tinggi dengan gunung sebelahnya gunung pangrango, itu tidak membuatku berpaling dengan tujuan utamaku. kedua gunung ini saling berdampingan dengan baik tanpa adanya pertengkaran atau keirian dari keindahan alamnya masing-masing. Mereka berdua berdiri dengan gagah hingga saat ini. Taman nasional gunung gede pangrango, aku datang bersama kedua teman baruku, eka dan tika.


Aku memlih perjalanan malam hari, selain untuk menghindari macetnya jalanan menjelang weekend, juga menefisiensikan waktu yg aku punya. aku berangkat dari tempat tinggalku, sekitar pukul 11 malam. Di perjalanan aku memanfaatkan untuk beristirahat 3-4 jam perjalanan yg kulalui aku gunakan untuk tidur persiapan fisik untuk pendakian di keesokan harinya.

Perjelanan yg berkelok kelok membangunkan ku dari tidur nyenyak malam itu. Sedikit terbengong mengumpulkan sebagian nyanya yg belum terbangun sepenuhnya. Kulihat jendela mobil yg mengembun, “udah mau sampai?”. Aku berkata dalam hati. Kulihat jam tangan ku menunjukan pukul 02.45wib, segera aku menuju ke kursi depam mobil untuk meminta supir menurukan ku di pertigaan cibodas, dari pada nyasar atau kebablasan karena kesoktahuan lebih baik bertanya.

Jreg!! Sepatuku menginjak bumi kota hujan, udara dingin menyambut kedatanganku dan temanku. Sedikit mempercepat tempo aku merogoh carrierku untuk mencari jaket tebal yg telah aku persiapkan unutk melapisi tubuhku agar tidak termakan oleh dinginnya udara pagi itu.
Aku memasuki minimarket dekat ketika aku di turunkan untuk membeli segala persiapan logistic, sembari menunggu mobil angkot untuk membawaku ke dalam pintu masuk gunung gede pangrango.

“mas mau ke atas?” ucap salah seorang pria yg sepertinya kondektur dari salah satu mobil angkot yg tengah parkir di pinggiran bahu jalan. Aku langsung mengiyakan tawarannya untuk menaiki mobil yg ia tunjukan. Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di atas, pintu gerbang pendakian gunung gede pangrango, sekitar 20-30 menit. Sepi.. sunyi.. hanya lampu” warung dan kios” pedagang yg masihtutup pagi itu  menemani langkahku dan temanku. Aku dan temanku  singgah di salah satu warung yg letaknya tidak jauh dari kantor TNGGP.

“baru sampai mas?”. Ucap pemilik warung menyambutku dengan keramah tamahannya.
“iyah pak, numpang istirahat yah sebentar”. Izinku kepada pemilik warung
“silahkan mas, mba kedalam aja kalau mau tidur, masih kosong”. Dengan senyum penuh kehangatan khas orang berumur kepala empat.
“iyah pak terimakasih, disini aja dulu sambil nunggu subuh.”
Di tengah udara dingin yg menyelimuti diriku aku dan bapak pemilik warung berbincang-bincang untuk mengahatkan suasana disertai dengan hangatnya teh manis yg aku pesan. Sementara eka dan tika meneruskan tidur mereka yg sempat terganggu.
 Adzan subuh pun berkumandang di tengah celotehan aku dan beliau. Beliau meminta izin untu pergi kemasjid.
“tunggu pak, saya juga mau shalat, kita bareng” ucapku dan bergegas mengambil perlengkapan shalat di dalam carrier.

Selepas subuh aku tertidur, alarm membangunkannku tepat pukul 6 pagi. Wah… sudah mulai ramai, kulihat banyak pendaki yg masih terlelap mungkin mereka datang disaat akuh tertidur? Aku membangunkan 2 temanku yg masih tertidur pulas. Jam 9.00 kantor di buka dan aku langsung bergegas untuk menukarkan simaksi sebagai syarta utama mendaki ke gunung ini. Ada sedikit ketidaknyamanan selama aku menukarkan simaksi di sini. Pelayanan lelet, dan lebih mengutamakan calo di banding orang yg sesuai prosedur denga cara boking simaksi. Berkali-kali aku komplen kepda teller untuk mempercepat kinerjanya karena hari semakin siang. Jam 11 siang aku baru mendapatkan simaksi ku. Bayangkan, dari jam 9 sampai jam11 baru selesa penukaran simaksi?? Ah… sudahlah.. aku sudah tak kaget dengan system amburadul seperti ini.




Aku mempersiapkan kembali semua barang bawaanku dan memanggil teman”ku untuk bersiap-siap. Diiringi dengan do’a langkah kami mulai disini.



“yukkk semangat!!”  jerit tika yg baru pertma kali naik gunung. Maklum.. penasaran mungkin?
Aku menikamati langkah demi langkah disini, menghirup sedalam-dalam aroma hutan yg mengelilingi aku dan semua pendaki lain, tidak aku tinggalkan untuk bertegur sapa kepada pendaki yg bertemu denganku di tiap kesempatan. keramah tamahan ini yg jarang aku dapatkan di keramaian kota.

Di sepanajang jalan aku diiringi air yg mengalir jernih di sekitar ku. 
Rasa lelah secara perlahan mulai menghinggapi aku dan teman-temanku tak baik jika kami memaksakan perjalanan, kami beristirahat sembari beribadah shalat dzuhur.



Perjalanan kami lanjutkan.. namanya naik gunung, kalau gak naik ya bukan naik gunung. Disela-sela perjalanan pandanganku teralihkan oleh sesosok gadis berambut sebahu, mengenakan topi sebagai penutup rambut, serta berhias kaos lengan panjang berwarna putih bersih, seperti melihat bidadari yang sedang tersasar di dalam hutan. Jujur aku seperti orang yg baru pertama kali melihat perempuan cantik, aku tertegun, terdiam, dan tak ku lepaskan pandanganku terhadapnya  sedetikpun, sampai pada akhirnya lamunanku tentang gadis itu buyar ketika temanku eka menepuk bahuku.
“oy..!! bengong aja.. itu si tika kakinya lecet.” Ucap eka dengan nada yg cukup kesal.
“sorry.. sorry..”
Aku bergerak menuju tika yg sedang terduduk lemas sambil merintih perih akibat luka lecet terkena gesekan sepatu yg terlalu kecil ukurannya di bandingkakinya menurut ku.
“nih..make sandal gw aja.. kalau di terusin make sepatu bisa parah yg ada” saran eka sembari memberikan sandal yg dia bawa.
“kenapa teh?” ucap salah seorang gadis yg bertanya tentang keadaan kami yg sedang tertimpa musibah.
Aku menengok dan ternyata gadis itu adalah gadis yg ku lihat di perjalanan tadi, ternyata dia dan rombongan ikut beristirahat juga dan mungkin tanpa sengaja dia mendengar percakapan kami dan ingin membantu masalah kami.
“nih.. aku bawa plester” sambil menjulurkan plester kepada tika.
“jangan make gituan.. nanti bonyok yg ada, itu kan masih luka basah.” Ujar teman gadis tersebut .
“udah kasih betadine aja.. terus nanti make sandal.” Ujarku sambil bergegas untuk melanjutkan perjalanan.
“Kita duluan ya..” aku berpamitan kepada 4 orang yg telah menolong kami, dan tak lupa aku bertukar senyuman manis kepada gadis lucu nan imut yg kutemui disini.

Rasa lelah yg semakin menumupuk dan kerewelan si tika semakin membuat suasana agak sedikit bĂȘte. Maklum tika pertama kali naik gunung, jadi mkalau masih manja” dikit bisa kami maklumi, sementara eka dan aku bisa di bilang sudah terbiasa dengan rasa lelah di tengah hutan belantara.


banyak hal-hal indah kutemui selama di perjalanan ini, sumber air yg terus mengalir menemani langkahku dan teman ku, melewati beberapa air terjun panas, serta jurang di sebelah kanan kami yg membuat kami harus berhati-hati ketika melangkah.



Harisemakin sore kulihat jam tangan ku telah menunjukan pukul 5 sore tepat.
“kita break dulu bentar deh, sekalian shalat ashar.”ujarku.
Hawa dingin mulai merasuki pori-pori tubuh untuk menyeruak masuk kedalam tulang kami. Kami sesegera mungkin melanjutkan perjalanan sebelum matahari makin tenggelam.
Langit telah gelap dan hawa dingin menjadi teman perjalanan kami bertiga. Alhmadulillah… setengah tujuh malam kami sampai di camp area kandang badak. Dimana ini lokasi untuk berkemah sebelum melakukan summit attack di keesokan harinya.
Aku dan eka langsung bergegas membuat tenda, sementara tika masih dengan sifat manjanya mengeluh tentang kondisi yg ia alami.
“sabar ya tik.. kita juga ngalamin apa yg lue alami, jangan bikin gw emosi ya.. sabar aja..” ujar eka yg tersulut emosi karna sifat manja tika. Tak berapa lama tendapun stelah berdiri diantara puluhan tenda yg telah terisi pemiliknya dan siap untuk kami singgahi.
Makan malam, berbincang sebentar dan akhirnya kami tertidur dengan rasa lelah yg kami alami sepanjang siang tadi. Selamat malam... J

Dinginnya malam itu membangunkan ku dari tidur nyenyakku, maklum hanya aku yg tidak memakai sleeping bag ketika tidur, jadi wajar kalau kedinginan hehe. Ingin melanjutkan tidurpun sepertinya susah aku lakukan, dan ku lihat jam tanganku waktu menunjukan pukul 4 subuh. Wuhhhh… bentar lagi pagi.. aku beranjak dari tenda, keliuar melihat keadaan di luar.
Hmmmmmmmmmfuhhhhh… aku menarik nafas dalam-dalam untuk menghirup segarnya udara pagi di sini. sambil memasak air untuk menyeduh kopi unutk menghangatkan dinginnya udara pagi disini. entah apa yg terjadi? Aku teringat dengan gadis yg ku temui di perjalanan tadi siang. Aku bertanya pada diriku sendiri, apa dia sudah sampai ya? Kalau sudah dimana tendanya? Rasa penasaran ku terhadap gadis itu terus membayangi lamunanku pagi itu, "semoga di puncak nanti aku kembali bertemu dengan dia" doaku dalam hati.

Sruuupuuutttt…. Aku menyeruput kopi yg ku buat tadi. Sungguh nyaman disini, ini yg selama ini aku rindukan dalam dunia ku. Bukan pacar/kekasih tapi sunyi dan dinginnya hutan belantara ini yg aku rindukan. Sesekali bebrapa rombongan orang untuk summit ke puncak melewati tendaku.
“permisi mas,” ‘punten mas, beberapa kata saling sapa mereka terhadapku yg masih tengah asik menikmati dinginnya udara disini sendiri serta di temani hangatnya kopi susu yg ku seduh.

“hayoooo bangun udah siang, pada mau summit gak??” nada ku membangunkan mereka yg masih tertidur pulas. Di tengah keasikan ku  mempersiapkan perlengakapan untuk summit ke puncak aku di kejutkan oleh panggilan eka yg menyuruhku untuk cepat keluar. Ada apa? Aku bertanya tapi tidak dia hiraukan.
Sedikit terkejut ketika aku keluar dari tenda, sesosok gadis yg aku dambakan untuk bertemu kembali disini berada tepat di depanku. kesejukan pepohonan yg rindang serta udara yg begitu dingin di tambah keindahan melihat wajah lucu dan cantiknya dia seperti aku berada di alam surga. 
“ada apa?” aku membuka percakapan.
“kata teh eka kamu punya koyo?” dia bertanya.
Aku kebingungan, ternyata sedari tadi si eka dan dia berbincang di depan tenda tanpa sepengetahuan aku yg sedang sibuk?kurang ajar si eka!! -____-“
eka temanku sebenarnya sudah tahu tentang apa yg aku alami, karena aku memberitahu dia tentang gadis itu di sela perjalanan kami.
“ouhh.. iyah ada kok, butuh berapa??”
“2 aja kalau ada.”
“tunggu ya..”aku kembali memasuki tenda mengambil pesanannya untuk aku berikan.
Setelah ku berikan dia berlalu dengan kembali meninggalkan senyum manisnya yg membuatku terbayang akan sosok indahnya gadis itu sepanjang malam hingga saat ini.
Dengan penuh rasa penyesalan yg ada di benakku ini, karena aku belum sempat berkenalan dengannya, Cuma ingin tau namanyapun sepertinya sulit untuk ku??
"lue kanapa tadi gak kenalan.. bego huuu..." ledek eka kesal dengan kepengecutanku untuk berkenalan dengannya. Mudah”an aku bisa bertemu lagi di puncak sana dengan moment yg berbeda sehingga aku berani untuk berkenalan dengan gadis itu. 

kami berangkat kepuncak tentunya dengan diiringi doa bersama yg kami lakukan, setelah melewati pertigaan pemisah antara gunung gede dan pangrango, jalanan semakin menanjak dan terus menanjak, tak banyak bonus(trek landai) yg aku temui selama perjalanan kali ini. seringnya istirahat memperlambat tempo langkah kami untuk cepat sampai di puncak. ku lihat eka dan tika yg sama" begitu masih kelelahan, kami lanjutkan perjalanan kami,.tapi tetap dengan volume istirahat yg cukup di tiap 10-15 menit sekali.



Hampir 2 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di puncak gunung gede. Aku langsung berbaring di hamparan rumput dan berpagar pohon” kecil yg buahnya bisa di makan entah pohon apa namanya tidak aku hiraukan.
Aku hanya menikmati indahnya puncak gede ini, kawah yg selalu mengeluarkan asap dan bau belerang yg tiada henti, serta dengan pemandangan langit biru yg bersih dan gunung pangrango yg berdiri dengan gagah tepat di belakangku.





Keindahan di atas ini membuatku merasa nyaman dan tenang, aku hampir tak bisa melewatkan moment ini untuk berfoto ria sebagai documents perjalananku ku. Aku berkeliling di sekitar puncak ramai sekali disini. tak kulupakan untuk saling sapa di setiap pertemuanku dengan orang" disini. ouh.. iya.. aku melupakan sesuatu. tak nampak gadis itu, kemana dia? Apa dia belum sampai? Padahal aku tadi istirahat cukup lama ketika sampai. Apa mungkin dia tidak ke puncak?? Mungkin dia masih di perjalanan?. 
Cukup lama aku dan temanku menikmati indahnya puncak gede ini, sampai akhirnya akmi memustuskan untuk turun kembali ke tenda serta mempersiapkan packing turun gunung. Aku meninggalkan puncak dengan sedikit kecewa, bukan karena pemandangan indah alam disini, namun tidak bertemu dengan gadis yg ku harapkan itu.









menjelang siang kami sampai di tempat kita berkemah, untuk mempersiapkan makan siang sebelum turun dan kembali ke rumah.
“ka, tenda cewe yg tadi pagi minta koyo itu dimana?” aku bertanya di sela kesibukannku memotong sosis.
Ituuu… di depan kita.. lohh udah gk ada tendanya”
"mungkin dia gak nerusian perjalanannya kepuncak?" lanjut eka.
“ciehhhh nyariin..” eka mengejekku.
Aku membalasnya dengan menyibukan diri memotong sosis serta mempersiapkan barang bawaanku untuk kembali turun.

Tak banyak cerita selama di perjalanan turun, hanya percakapan biasa saja yg kami lakukan. Mungkin sudah terlalu lelah??
Tepat jam 7 malam kami sampai di basecamp dan langsung mencari warung makan untuk makan malam karena sedari tadi perut kami laparrrrrrrr. Hahaha

Berakhir sudah ceritaku di gunung gede ini untuk melepaskan kerinduanku akan suasana di gunung, banyak sekali pelajaran dan manfaat yg aku dapatkan disini. aku tersenyum meninggakan tempat indah serta bonus kenangan  indah yg tak sempat aku bawa pulang kembali kerumah. gadis lucu dan gunung gede, sampai jumpa :)
Selamat malammmmm… J






    


               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar